Kamis, 11 Agustus 2016

GUNAWAN RAHARJA: SURAT UNTUK TINO SAROENGALLO Eps. 4 (Aktivitas “be...

GUNAWAN RAHARJA: SURAT UNTUK TINO SAROENGALLO Eps. 4 (Aktivitas “be...: Beberapa hari saya ngilang mas. Ada buruhan sehari di Bali, tetapi preps nya makan waktu dua hari. Bukannya nggak sempat...

SURAT UNTUK TINO SAROENGALLO Eps. 4 (Aktivitas “berotak” dan Dunia Buruh Memburuh)


Beberapa hari saya ngilang mas. Ada buruhan sehari di Bali, tetapi preps nya makan waktu dua hari. Bukannya nggak sempat nulis. Tetapi ide nulis nyantol di kepala, terus mau buka laptop rasanya berat kalau sudah harus pulang ke penginapan di Legian, sementara lokasi buruhan di Tampak Siring.

Ada korelasi antara rajin nulis dan baca serta aktivitas memburuh. Kalau burung nganggur memang ada sisi positifnya. Rumah menjadi bersih, kebun disiram, ada tanaman baru dan hidup teratur. Sambil siram-siram tanaman masih bisa ngobrol dengan tetangga, menjalin tali silaturahmi. Sebaliknya, kalau banyak buruhan, rumah berantakan, tanaman liar menjalar dan berangkat dini hari pulang menjelang malam. Gabungan antara intel polisi dan bandar narkoba…

Dari dulu, selalu susah bagi badan antara dua hal itu. Kerja model seperti ini memang menghabiskan banyak waktu. Nggak sebanyak dulu secara frekwensi, tetapi ternyata pola tetap tidak berubah. Ini konsekwensi profesi dan keinginan untuk tetap menjaga kewarasan (kita pernah mendiskusikan hal ini lima enam tahun yang lalu di kamar hitam Bintaro). Dua-duanya gak bisa ditinggalkan. Untungnya saya sudah mulai bisa memilih, kira-kira mana yang mesti ditinggalkan.

Ini dua bidang yang sulit dipilih sih. Seperti bayangan saya dulu ketika bertemu sampeyan beberapa puluh tahun yang lalu. Jurnalis di Mutiara, Jakarta-Jakarta terus nyemplung ke sini ini. Dua-duanya bisa jalan dan saling melengkapi. Saya agak telat untuk membuka jalur pertemanan karena putra daerah itu. Secara psykhologis ya…

Ketika usia mulai menua, memang butuh banyak hal yang dipikirkan. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan keluar daerah mesti dipikir ulang. Fisik sih nggak banyak masalah. Trip panjang terakhir di Atambua, sehat walafiat. Nggak flu, nggak apa, cuma mata yang semakin rentang sama kencengnya sinar matahari. Anak-anak ni yang mulai mesti dilihat-lihat.

Proyek buku itu ternyata lebih menyita waktu. Tiba-tiba saya baru sadar kalau tahun ini siap-siap menulis dua buah buku. Yang satu buku produksi film (itu), yang satunya lagi buku tentang jamu. Ada teman yang mempunyai usaha jamu gendongan yang belakangan tidak digendong. Ia membuat beberapa jamu baru (istilahnya katanya fussion) yang lebih kekinian. Intinya jamu milenial begitulah. Sampai Jakarta nanti saya antar ke sini untuk minum jamu bersama.

Ok..saya beberes rumah dulu mas. Sapu-sapu ngepel-ngepel. Olah raga kaum kasepuhan ya. Ini kaya adegannya maestro dagelan Gepeng. Yang selalu masuk panggung untuk menaikkan atmosfir panggung yang mulai turun. Salam buat Yudi Datau di situ..

Eh mas, saya janji link nya Kompas kan. Ternyata e paper nya Kompas itu ribet suribet. Saya mau bayar katanya nggak usah karena langganan. Njuk saya mau log ini mesti minta no pelanggan. Saya nanya no pelanggan ke lopernya, dia bingung. Saya simpenkan koran aslinya saja. Mengkliping..

Selamat pagi…