Sabtu, 13 Februari 2016

Film Surat dari Praha : Interpertasi Visual Lagu dan Suasana...


Lupakan logika cerita dan sejarah. Itu adalah kesan saya ketika melihat film ini lima belas menit pertama. Saya berbisik ke pasangan nonton  yang ternyata juga sebelum masuk ke gedung bioskop mempunyai ekspektasi yang sama. Akhirnya kami berdua saling bisik-bisik sambil menikmati gambar indah sutradara dan lagu-lagu cinta Glenn Fredly yang memang membawa suasana itu.
Film Surat Dari Praha bercerita tentang tokoh Jaya (dimainkan oleh Tio Pakusadewo), seorang mahid (mahasiswa ikatan dinas) yang paruh tahun 60-an dikirim oleh pemerintah Orde Lama untuk belajar di Cekoslowakia. Krisis politik yang membuat mereka tidak bisa pulang karena dicabut haknya sebagai warganegara.

Sementara ada sosok Laras (Julie Estelle) yang “dipaksa” ibunya untuk mencari tokoh Jaya. Perjalanan itulah yang kemudian membuatnya mengerti tentang masa lalu ibunya berkaitan dengan tokoh Jaya. Tokoh Jaya adalah sosok yang lonely. Hanya ditemani seekor anjing bernama Bagong. Kehadiran Laras di apartemennya malam itu membuat dirinya tidak nyaman. Tetapi setelah kejadian Laras yang dirampok, keduanya semakin dekat dan saling mengerti.
Angga Dwimas Sasongko menempatkan lagu-lagu Glenn Fredly sebagai benang merah suasana dan cara bertutur yang komunikatif. Penonton (muda) yang tidak mengerti tentang  carut marut politik saat itu dipandu oleh Angga lewat lagu-lagu yang sebagian memang sudah popular. Total ada empat lagu karya Glenn yang menjadi bagian dari film ini. Lagu-lagu tersebut adalah "Nyali Terakhir" dari album Lovevolution (2010), "Sabda Rindu", "Untuk Sebuah Nama", dan "Menanti Arah", ketiganya terambil dari album Luka, Cinta, dan Merdeka (2012). Dalam filmnya, lagu "Nyali Terakhir" dan "Sabda Rindu" dinyanyikan oleh kedua pemeran utamanya, Julie Estelle dan Tio Pakusadewo.
Glenn Fredly menyanyikan sendiri lagunya Untuk Sebuah Nama, yang mendiskripsikan “roso” (ini istilah Jawa susah untuk menjelaskannya). Sebuah lagu yang sarat amarah meskipun tetap melankolik. Sementara keseluruhan tema dari film ini diwakili oleh lagu Menanti Arah.
Seingat saya hampir semua lagu tersebut tampil utuh. Angga seperti membawa penonton merasakan suasana dan rasa masing-masing karakter lewat lagu-lagu tersebut. Seperti sebuah musik video jadinya, tetapi menurut saya inilah cara yang paling tepat untuk mendekatkan konten adegan dan cerita secara presisi kepada penonton. Ada kalanya dialog menjadi tidak berguna, bertele-tele dan nyinyir. Suasana bisa dibangun lewat lagu dalam film, apalagi jika disajikan secara utuh.
Di film ini, kita bisa merasakan kesendirian sosok Jaya, yang masih harus bekerja sebagai tukang pembersih ruangan di Praha. Kesepian itu memang sedikit jadi klise ketika ada beberapa adegan ia melewatkan waktu senggangnya di rumah minum. Ruangan di apartemen yang kusam, Praha yang lusuh dan abu-abu, dan tokoh Jaya yang sering mengajak Bagong bercerita dalam bahasa Jawa. Kesendirian Jaya diungkapkan dalam lirik lagu yang ditulisnya, yang belakangan kemudian ditemukan oleh Laras. Meskipun dalam film ini, tidak digambarkan secara jelas ketertarikan Jaya pada bidang tulis menulis.
Sebagai ungkapan melupakan masa lalu, Jaya juga meninggalkan bekasnya sebagai mahasiswa yang brilian. Apartemennya yang nyaris kosong. Tidak ada lagi buku-buku atau kode visual lain yang menunjukkan dirinya sebagai mahasiswa pilihan Soekarno yang dikirim ke luar negeri untuk nanti kembali dan membangun bangsanya sendiri. Ia memilih untuk mengubur masa lalunya dalam-dalam, dan hanya meninggalkan satu kenangan yang sepertinya tidak bisa dilupakan yakni sosok Sunarti.
Laras yang awalnya hanya tahu tokoh Jaya pernah berhubungan dengan almarhumah ibunya, akhirnya semakin mengerti Jaya. Bahwa pria ini jatuh cinta tanpa batas kepada almarhuman ibunya. Awalnya, ia hanya tahu lewat surat-surat ibunya yang dibacanya. Tetapi kedalaman rasa cinta sang Jaya semakin ia ketahui setelah ia memainkan lagu-lagu Jaya.
Film ini komunikatif. Surat dari Praha sekilas bisa menggambarkan apa yang terjadi di tahun enam puluhan kepada anak muda saat ini. Minimal, mereka penasaran dan akhirnya mencari tahu lebih dalam. Menonton film ini, duduk dan nikmati visualnya.

Tabik