Landscape
yang cantik, lokasi yang sesuai dengan keinginan. Kalau sang DoP Edi Mikael Santosa bilang, taruh kamera
sambil merem saja pasti bagus ! Saya setuju dengan statement kawan yang satu
itu. Tetapi untuk kepraktisan menejemen produksi harus ada perubahan sana sini
yang harus dilakukan.
Ada
tiga set utama di film ini. Yaitu kampung Dusun Derok, sekolah dasar dan pasar.
Kampung Dusun Derok sendiri ada rumah kepala dusun, rumah Lordis Defam, rumah
nenek Siku dan gua Maria. Set rumah kepala dusun memang aslinya milik kepala
Dusun. Penata artistic film ini Andromeda
hampir tidak melakukan apa-apa terhadap bentuk dan isinya. Menurut dia, konsep
film ini memang as it is (saya selalu
menterjemahkan konsep ini bersama Herwin
Novianto sang sutradara sebagai sak onone atau apa adanya). Tetapi ia
tetap menginginkan adanya perubahan letak yang sifatnya lebih mempermudah kerja
kamera. Ini menariknya kerja di menejemen film. Memang ago dan personalitas
tinggi, malah kadang-kadang tidak bisa ditekuk. Tetapi ketika menghadapi
kepentingan bersama untuk kebutuhan materi artistic, siapapun dalam elemen
produksi akan duduk bersama dan memecahkan persoalan tersebut.
Sang
penata artistik ini mendesain ulang beberapa lokasi sesuai kebutuhan angle dan
penempatan lighting. Satu persatu tanpa terkecuali. Ia langsung menempatkan beberapa props di
tempat yang sudah disetnya itu. Andromeda beberapa kali sempat meminta pemilik
rumah asli untuk meletakkan benda yang dipilihnya. “Saya punya taste menempatkan benda karena referensi estetik. Ibu
Patricia (nama pemilik rumah asli) mempunyai pertimbangan fungsi dan kebiasaan,
bukan estetika. Itu yang saya maui”. Hasilnya luar biasa. Ini kolaborasi
antara penata artistic yang sebentar lagi moncer ini dengan kebiasaan
orang-orang setempat yang menempatkan semua benda berdasarkan fungsi dasarnya.
Andromeda adalah penata artistic yang detail dan cermat. Sayangnya ia terlalu
banyak ngemil dan jajan, makanya sering diare !
Rumah
yang sudah cantik akan dibagi menjadi beberapa bagian yang knock down. Rumah
adat di sana aslinya per dinding dibuat dari bebak, yakni potongan tipis pohon
lontar yang disatukan oleh tali yang juga dibuat oleh bagian pohon lontar juga.
Untuk kepentingan gerak kamera dan penataan lampu, Andromeda akan membuat
masing-masing dinding tersebut dengan gampang akan dibuka dan ditutup sesuai
kebutuhan kamera.
Ada
dua hal penting dalam konsep penataan artistik film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara.
Tokoh Aisyah lahir dan besar di daerah Ciwidey yang serba hijau dan gampang
air. Sejuk dan adem. Sementara ia mengajar di daerah yang kering, coklat dan
susah air. Rumah Aisyah mencerminkan kehangatan sebuah keluarga yang utuh,
tanpa ayahnya yang sudah meninggal. Sementara tempat tinggalnya di dusun Derok
adalah cermin “kesendirian” dan asing.
Andromeda
berhasil memunculkan imej itu tanpa harus melakukan banyak perubahan. Istilah
saya adalah “meletakkan kembali posisinya pada fungsi dan estetija yang tepat”.
Ya
untuk jelasnya, kita nonton nanti filmnya. Untuk membayangkan bagaimana kerja
keras si penata artistic yang tahun depan nikah ini, pelototi saja drawing dan
desain setnya..
Tabik…