Sabtu, 05 Desember 2015

film AISYAH BIARKAN KAMI BERSAUDARA : ARTISTIK ITU HARUS FUNGSIONAL..


Landscape yang cantik, lokasi yang sesuai dengan keinginan. Kalau sang DoP Edi Mikael Santosa bilang, taruh kamera sambil merem saja pasti bagus ! Saya setuju dengan statement kawan yang satu itu. Tetapi untuk kepraktisan menejemen produksi harus ada perubahan sana sini yang harus dilakukan.
Ada tiga set utama di film ini. Yaitu kampung Dusun Derok, sekolah dasar dan pasar. Kampung Dusun Derok sendiri ada rumah kepala dusun, rumah Lordis Defam, rumah nenek Siku dan gua Maria. Set rumah kepala dusun memang aslinya milik kepala Dusun. Penata artistic film ini Andromeda hampir tidak melakukan apa-apa terhadap bentuk dan isinya. Menurut dia, konsep film ini memang as it is (saya selalu menterjemahkan konsep ini bersama Herwin Novianto sang sutradara sebagai sak onone atau apa adanya). Tetapi ia tetap menginginkan adanya perubahan letak yang sifatnya lebih mempermudah kerja kamera. Ini menariknya kerja di menejemen film. Memang ago dan personalitas tinggi, malah kadang-kadang tidak bisa ditekuk. Tetapi ketika menghadapi kepentingan bersama untuk kebutuhan materi artistic, siapapun dalam elemen produksi akan duduk bersama dan memecahkan persoalan tersebut.

Sang penata artistik ini mendesain ulang beberapa lokasi sesuai kebutuhan angle dan penempatan lighting. Satu persatu tanpa terkecuali. Ia  langsung menempatkan beberapa props di tempat yang sudah disetnya itu. Andromeda beberapa kali sempat meminta pemilik rumah asli untuk meletakkan benda yang dipilihnya. “Saya punya taste menempatkan benda karena referensi estetik. Ibu Patricia (nama pemilik rumah asli) mempunyai pertimbangan fungsi dan kebiasaan, bukan estetika. Itu yang saya maui”. Hasilnya luar biasa. Ini kolaborasi antara penata artistic yang sebentar lagi moncer ini dengan kebiasaan orang-orang setempat yang menempatkan semua benda berdasarkan fungsi dasarnya. Andromeda adalah penata artistic yang detail dan cermat. Sayangnya ia terlalu banyak ngemil dan jajan, makanya sering diare !

Rumah yang sudah cantik akan dibagi menjadi beberapa bagian yang knock down. Rumah adat di sana aslinya per dinding dibuat dari bebak, yakni potongan tipis pohon lontar yang disatukan oleh tali yang juga dibuat oleh bagian pohon lontar juga. Untuk kepentingan gerak kamera dan penataan lampu, Andromeda akan membuat masing-masing dinding tersebut dengan gampang akan dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan kamera.

Ada dua hal penting dalam konsep penataan artistik film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara. Tokoh Aisyah lahir dan besar di daerah Ciwidey yang serba hijau dan gampang air. Sejuk dan adem. Sementara ia mengajar di daerah yang kering, coklat dan susah air. Rumah Aisyah mencerminkan kehangatan sebuah keluarga yang utuh, tanpa ayahnya yang sudah meninggal. Sementara tempat tinggalnya di dusun Derok adalah cermin “kesendirian” dan asing.

Andromeda berhasil memunculkan imej itu tanpa harus melakukan banyak perubahan. Istilah saya adalah “meletakkan kembali posisinya pada fungsi dan estetija yang tepat”.
Ya untuk jelasnya, kita nonton nanti filmnya. Untuk membayangkan bagaimana kerja keras si penata artistic yang tahun depan nikah ini, pelototi saja drawing dan desain setnya..
Tabik…